Langsung ke konten utama

Postingan

Buku

Postingan terbaru

What's your biggest fear?

Suatu ketika seseorang bertanya padaku, "apa yang menjadi ketakutan terbesarmu?" Ketidak bahagiaan, jawabku. Aku takut bila aku menjalani hari-hari dengan kesedihan, dengan kepura-puraan, dengan senyum yang terpaksakan. Aku takut bila hidupku mulai tidak menyenangkan, dimana hari-hari mulai kulalui dengan ketidak percayaan diri, dimana aku mulai menganggap remeh diriku sendiri, dan aku berharap hari cepat berganti hanya karena aku tidak bisa menikmati hari ini. Seperti kata Ernest Hemingway, everyday is a new day, dan aku berharap bahwa setiap hari baru dalam hidupku itu selalu memberiku alasan untuk tersenyum, karena hidupku bahagia. Aku ingin agar aku selalu berfikir positif kepada takdir hidupku, dimana aku selalu menemukan alasan untuk terus bersyukur, terus tersenyum dan  mengatakan I'm happy.  

Kamu

Aku jatuh cinta pada agamamu Pada sopan santun dan lembutnya tutur katamu Pada sebait prosa yang kau baca Dan pada pembawaanmu yang sederhana Berada disampingmu membuatku nyaman Memberikanku ruang untuk menjadi apa yang kuinginkan Dan membuatku semakin jauh tenggelam dalam angan Jika boleh meminta Aku ingin kamu saja selamanya

Pulang

Aku telah kalah setelah sekian lama diterkam lelah Menjalani hari dengan hati yang patah Haruskah aku menyerah pada asa yang menorehkan luka Menjerit dalam ilusi Dibungkam dalam jeruji tak berkunci Aku berteriak pada tebing tinggi menjulang Haruskah aku pulang agar mendapat tenang Aku lelah ya Rabbi, batinku berbisik lirih Aku ingin pulang

Dialog dalam layar

Kamu yang selalu mengundang rindu Sampai-sampai, akhirnya menjadi candu Obrolan-obrolan menyenangkan yang tak jarang berujung perdebatan Suara rinai air hujan dan udara malam yang menelisik, terkadang jadi irama tersendiri bagi obrolan kita Sudah tak banyak lagi waktu untuk temu Tapi terimakasih telah banyak mengukir tawa walau dengan hal-hal yang sederhana.

Ikhlas

Kau tahu, cinta, apa yang paling membuatku terluka? Saat ragamu disampingku, tapi hatimu tak pernah jadi milikku. Saat bayanganmu terlihat dekat, tapi tak pernah bisa ku dekap. Kau terlalu abu-abu untukku. Aku bahkan terlalu bodoh untuk menerka, terlalu naif untuk sekedar mengungkapkan rindu dan cemburu. Seharusnya dalam cinta, kita lebih banyak memberi dan lebih sedikit meminta. Tapi kau tahu, ikhlas seperti itu yang masih sulit ku terima. Kau mungkin tak percaya ada orang yang mencintaimu begitu deras dan berusaha memikatmu begitu keras. Walaupun, hatinya tak pernah kau balas. Kau kira apa yang lebih menyakitkan dari ini? Apakah melihatmu dengan yang lain itu tidak membuatku terluka? Apakah mendengarkanmu menceritakannya itu tidak membuatku cemburu? Cobalah mengerti, hal-hal seperti itulah yang membunuh paksa perasaanku. Kasih, sebenarnya banyak yang ingin kusampaikan padamu. Apalagi kepergianmu yang semakin dekat itu hanya akan menambah jarak. Sayangnya, aku tidak men...

Pengalaman Berorganisasi

Sebagai anak SMA aku aktif di berbagai bidang organisasi disekolah, seperti Palapa (Pecinta Alam Pangandaran), English Club, dan PMR. Guruku selalu bilang bahwa pengalaman berorganisasi sangatlah dibutuhkan saat di bangku kuliah atau bermasyarakat kelak. Mungkin saat ini aku belum sampai dititik merasakan itu semua, tapi semenjak sekarang pun aku sudah merasakan manfaatnya, seperti mempererat pertemanan, menambah wawasan, dan mengisi waktu luangku dengan hal-hal positif. Aku sadar bahwa aku dalah tipe orang yang pemalu dan bukan tipe pemimpin, tapi itu tidak menjadi hambatan untuk aku bisa berorganisasi. Malahan sejak aktif berorganisasi aku merasakan sendiri pengaruh positifnya. Aku jadi berani bicara di depan orang banyak walau masih sering terbata-bata karena gugup, tapi bagiku itu adalah sebuah kemajuan yang sangat baik. Bagiku pengalaman berorganisasi di masa SMA itu adalah pengalaman yang sangat menyenangkan. Beberapa temanku memang sering mengatakan "buat apa sih cape-cape ...